The Guy With The Broken Leg.
A flashback.
Dengan hari yang cerah seperti ini, Aurora memulai paginya dengan menemani ibu tercintanya pergi ke Rumah Sakit untuk keperluan terapi penyakitnya. Memang sangat malas, tapi itu sudah kewajiban dia bukan? dan baginya tidak ada kata malas jika itu menyangkut kesehatan Ibu nya. Suasana rumah sakit saat itu memang ramai, bahkan banyak orang yang tidak dapat tempat duduk karena terlalu padatnya penunggu-penunggu pasien di rumah sakit itu.
“Ra, kamu tunggu sini aja ya, Mama nggak lama kok.”
“Oke ma, Hati-hati yaa.”
“Cuma 7 langkah pake hati-hati segala.”
Jawab Astrid Shenaaz yang dibalas senyuman ceria anaknya itu.
Dulu Aurora pernah senyum sebahagia itu.
“Hadeh, ngga lama ngga lama tapi udah 30 menitan.”
Saat gadis itu sedang berceloteh di dalam hati, tiba-tiba celotehannya terhenti karena melihat seorang cowok berkaki patah yang terlihat seumuran dengannya, Cowok itu berambut panjang,dan berkumis tipis, Dia terlihat sedang bingung mencari tempat duduk bersama ayah dan ibunya.
Karena kebetulan hanya tersisa dua kursi kosong yang ternyata di sebelah kursi Aurora. Keluarga itu langsung duduk di sebelah Aurora, Tapi karena tersisa dua bangku kosong, jadi hanya ayah dan cowok itu saja yang duduk, Ibu cowok berkaki patah itu sangat cantik, bahkan Aurora ini bingung kenapa sejak mereka tiba semua pasang mata tertuju pada keluarga ini, Dan membuat Aurora bertanya-tanya,
“Siapa sih mereka?artis?kok gue nggak kenal.”
Karena mungkin Aurora dari kecil sudah diajarkan tata krama yang benar oleh Ibunya atau yang biasa orang-orang sebut Basic Manner, Aurora berdiri dan meminta wanita cantik itu duduk di tempatnya.
“Ibu maaf, duduk di sini aja bu. Aku udah dari tadi soalnya duduk di sini.” Ucap Aurora.
“Eh nggak apa-apa cantik, tante mau urus administrasi dulu kok ke sana, kamu duduk aja ya, baik banget loh kamu, makasih yaa cantik.” Jawab si wanita cantik itu yang membuat Aurora kembali duduk di tempatnya dan berpikir tidak jelas.
“Ini sugar baby kali ya, cakep banget anjing.”
“Papa temenin mama kamu dulu, kamu diem di sini, awas jangan ngobrol, nanti suka.” Ucap ayahnya si cowok berkaki patah ini sambil tertawa meledek anaknya itu.
Aurora bersumpah, Saat itu adalah saat dimana dia mendadak menjadi Aurora si pendiam ala-ala cewek-cewek wattpad.
Aurora memang sedang terlihat memainkan ponselnya, tapi ternyata mata dia melirik-lirik kaki cowok itu yang sedang di perban, kemudian dia melirik tongkat cowok itu, dan sepertinya cowok itu juga tidak bodoh, Dia juga pasti sadar bahwa Aurora sedang memperhatikan kakinya yang patah.
Entah kenapa kepala Aurora seperti bergerak sendiri ke arah kanan tanpa berdiskusi dengan hati dan otaknya terlebih dahulu. Arah kanan adalah tempat cowok itu duduk persis di sebelahnya.
Saat dia menengok ke arah kanan, ternyata cowok itu sedang memperhatikannya, dengan jarak sedekat itu, apa Aurora tidak sesak napas?
Setelah kejadian eye contact barusan, mereka berdua sama-sama menengok kedepan, dan yang jelas sama-sama malu.
“NIH COWOK APA-APAAN SIH? DIKIRA MUKANYA NGGAK CAKEP APA YA, GUE BISA GILA ANJING.”
Tiba-tiba saja ada suara berat yang sepertinya berbicara pada Aurora saat ini.
“Lo sakit juga?” Saat Aurora menengok lagi, Dan ternyata suara itu adalah cowok berkaki patah itu yang sedang memasang ekspresi bertanya-tanya.
“Oh, nggak, ini nemenin nyokap control.”
“Nggak usah sok lemah lembut deh Ra, congor lo itu kan 9 oktaf.”
“Oh kirain lo yang sakit, lo keringetan soalnya, padahal ruangan ini ber AC.”
“Anjing. malu. goblok. Aurora goblok.”
“Ohh ini mah gue gerah, udah biasa gue emang, ini jaket juga bahannya tebel.”
“Kok pipi lo juga merah?”
“Aurora gue rasa lo harus tenggelemin diri sekarang juga di pantai carita.”
“Hahaha, btw, kaki lo patah kenapa?” Nggak apa-apa mengalihkan pembicaraan yang membuat Aurora ingin menampar wajahnya sendiri.
“Jatoh, waktu sparing futsal.”
“Sakit ngga sih kaki patah tuh?”
“Masa iya ngga?”
“Eh, iya ya sakit ya, belum pernah patah kaki soalnya.”
“DASAR AURORA DONGO!”
“Lo mau nyoret sesuatu ngga di perban gue?” Tanya cowok itu sambil menawarkan spidol pada Aurora.
“Boleh deh.”
Semoga cepet sembuh ya! SEMANGAT!!!
“Ra, ayo, mama udah selesai.”
“Eh, udah? yaudah ayo.”
“Eh gue duluan ya!”
“Hati-Hati.”
“Thanks! Semoga cepet sembuh!!!” Dibalas senyuman oleh cowok itu.
Hari itu membuat Aurora terbayang-bayang wajah cowok itu, wajah, suara, wangi nya. Semua itu buat Aurora tidak bisa tidur karena memikirkannya dengan penyesalan mengapa waktu itu mereka tidak berkenalan?
Setelah 2 hari kemudian Astrid koma, Aurora selalu menunggu cowok itu di tempat yang sama, tapi ternyata sampai saat ini cowok itu tidak pernah terlihat lagi, seperti hilang, dan tidak akan pernah bertemu lagi dengannya.
“Cowok kaki patah, semoga kita ketemu lagi ya, dan gue mau kita kenalan, dan semoga aja lo masih simpen perban yang ada coretan gue disitu.”
Setiap Aurora melamun, hanya pikiran-pikiran itu saja yang muncul di benaknya.
Aurora punya 99% masalah di hidup nya, tetapi jika dia bertemu lagi dengan cowok kaki patah itu, mungkin 99% masalahnya akan terasa ringan.
Semoga takdir berkata iya deh Ra.